Hahhaha itulah candaan sejawat saya mengenai bedah minimal invasif.. dengan tindakan minimal tapi bayarannya invasif...sebetulnya bukan hanya tindakan minimal tapi komplikasi yang minimal dan masa rawat yang pendek sehingga pasien lebih cepat sembuh
...ya wajar sih kalau bayarannya lumayan mahal ..Salah satunya adalah bedah laparoskopik... sudah menjadi tren di kalangan ahli bedah dan komunitas bedah untuk mendalami bedah laparoskopi dimana tindakan yang dilaukan sangat minimal sehingga manfaatnya langsung dirasakan oleh pasien..
Namun di era BPJS ini tindakan laparoskopi hanya ditanggung di rs tipe A padahal sdm bedah di indonesia apalagi lulusan 2010 keatas sudah bisa dan mampu mengoperasikan alat laparoskopi walaupun untuk subspesialisasi nya harus belajar lagi, seperti pengangkatan usus buntu, kandung empedu ataupun diagnostik.
Pada tindakan laparoskopi memiliki prosedur yang cukup berbeda dengan pembedahan konvensional, karena sayatan sangat minimal sebanyak 0,5-1 cm, dengan jumlah tergantung dengan alat yang dimasukkan biasanya 1 kamera dan 2 lubang untuk alat operasi, sedangkan pembedahan konvensional harus membuat sayatan yang cukup panjang sehingga nyeri pasca operasi tinggi dan komplikasi yang timbul karena manipulasi organ di dalam perut
Pada laparoskopi dimasukkan gas CO2 di dalam perut sehingga perut kembung dan memberi ruang manuver pada alat laparoskopi
Macam macam operasi laparoskopi bisa dikerjakan mulai dari cuma diagnostik untuk mengintip organ cedera pada luka tusuk atau nyeri perut yang meragukan ,usus buntu,batu kandung empedu bahkan pemotongan usus karena kanker
Saya yakin 10 tahun lagi pembedahan konvensional akan mulai ditinggalkan
jadi nanti tidak lagi tindakan minimal bayaran invasif tapi tindakan biasa dan bayarannya pun biasa..